PARADIGMA PSIKOLOGI KEPRIBADIAN COGNITIVE dan BEHAVIORISTIC

Gambar

Sebelum kita membahas apasih paradigma psikologi kepribadian cognitive dan behavioristic itu ??kita akan membahas pengertian paradigma dalam bidang psikologi

PARADIGMA  adalah cara seseorang  dalam mempersepsikan atau memandang diri sendiri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku.

KEPRIBADIAN  dalam bahasa inggris disebut “personality”, yang berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti topeng. Berikut beberapa defenisi kepribadian menurut para tokoh:

  1. Kepribadian menurut Gordon W.Allport adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indivdu yang menentukan tingkah laku manusia dan pemikiran individu secara khas.
  2. Kepribadian menurut Koswara adalah bagaimana individu menampilkandan menimbulkan kesan bagi orang lain.
  3. kepribadian  menurut Maramis adalah keseluruhan pola pikiran,perasaan, dan perilaku yang sering digunakan seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
  4. Kepribadian menurut Freud  adalah “suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem,yakni id,ego, dan superego”.

Jadi kepribadian adalah suatu cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu. Terdapat 4 teori mengenai kepribadian yaitu :

  • Teori kepribadian psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku manusia terjadi karena konflik diluar alam sadar dan konflik yang tidak disadari. Terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego.
  • Teori kepribadian behaviorisme menyatakan bahwa kepribadian dapat diamati karena terlihat pada perilakunya.
  • Teori kepribadian humanistik menyatakan bahwa manusia adalah aktor dalam kehidupan. Manusia memiliki kecenderungan bawaan melakukan aktualisasi diri yaitu berjuang menjadi apa yang mereka mampu.
  • Teori kepribadian kognitif menyatakan bahwa kognisi merupakan setir bagi perilaku yang diperlihatkan oleh manusia dan sekaligus menentukan keadaan emosi.Disini saya akan menjelaskan tentang teori kognitif dan behaviorisme.

     Gambar

TEORI PSIKOLOGI KOGNITIF

Teori psikologi kognitif itu sendiri dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat sebelum perang dunia ll. Mereka berpendapat bahwa dalam mempersepsi lingkunganya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaanya, tetapi masukan penginderaan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna dan selanjutya dijadikan awal dari suatu perilaku. Gestalt membuktikan  bahwa simpase dapat mengambil pisang yang terletak di luar kandangnya dengan menyambung dua batang pipa, walaupun sebelumnya simpase itu belum pernah mendapatkan pengalaman seperti itu.

Pandangan teori kognitif adalah bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam kesadaran seseorang. Teori ini lebih jelas dalam menerangkan perilaku manusia.

Aspek kognitif :

  • Kematangan → Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana seseorang.
  • Pengalaman → hasil interaksi dengan orang lain.
  • Transmisi sosial → hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.
  • Equilibrasi → perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.

Leon Festinger dan para penganut psikologi kognitif lainya berpendapat bahwa kognisilah yang menentukan perilaku. Isi kognisi atau kesadaran adalah pengetahuan, minat, sikap, penilaian, dan harapan tentang dunia, khususnya orang lain. Dengan demikian kepribadian adalah proses kognitif, yaitu berfikir dan membuat keputusan.

Teori – teori dalam psikologi kognitif

  1. Teori intelegensi piaget (1950-1955)

Jean Piaget mendefinisikan intelegensi sebagai proses kehidupan dasar yang membantu organisme menyesuaikan diri pada lingkunganya. Penyesuaian diri adalah organisme mampu memenuhi tuntutan situasi sesaat. Misalnya ; saat kita tersesat maka kita harus bertanya pada orang-orang disekitar kita tentang arah jalan. Makin dewasa seseorang, makin rumit kerangka struktur kognitifnya karena tuntutan dari lingkungan juga makin rumit. Perkembangan kognitif pada anak menurut Piaget terdiri atas 4 tahap, yaitu :

1).Tahap sensori-motorik (0-1 tahun)

2).Tahap pra-operasional (2-7 tahun)

3).Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)

4).Tahap operasional formal (11 tahun ke atas

Menurutnya juga afek pengaruhi kognisi artinya ketika afek positif maka segalanya dalam kognisi menjadi positif.

Gambar

Misalnya:  soal kimia yang susah akan mudah jika kita menyukai, tetapi soal yang mudah akan susah bila kita membenci pelajaran ini. Begitu pula kognisi pengaruhi afek misalnya bila sebuah peristiwa itu menyenangkan bagi kita maka kita ingin kembali ke suasana tersebut tetapi sebaliknya jika kita pernah mengalami sesuatu yang tidak enak di suatu tempat dengan orang-orang tertentu maka kita cenderung menghindari.

  1. F. Heider

Menerapkan teori atribusi( teori tentang proses informasi sosial). Menurutnya dorongan manusia untuk mencari atribusi disebabkan karena 2 motif: 1). Kebutuhan untuk mengerti keadaan lingkungan sekelilingnya. 2). Kebutuhan untuk sampai batas tertentu dapat mengendalikan lingkunganya

.Gambar

Misalnya seorang anak berjalan sendirian di lapangan, tiba-tiba kepalanya terkena bola dari belakang. Ketika anak itu menengok ke belakang  ternyata ada satu anak dibelakangnya, yaitu teman sekelasnya yang sedang tertawa-tawa. Anak itu akan memberi atribusi internal kepada temanya (dia sengaja melemparkan bola itu kepada saya) sehingga reaksinya pun marah atau ingin membalas. Akan tetapi kalau anak yang di belakangnya itu tampak menyesal dan minta maaf atau banyak anak lain yang juga sedang bermain bola dan tidak ada yang tertawa, maka atribusi yang timbul pada anak yang terkena bola itu adalah eksternal (tidak sengaja, karena angin, dsb).

  1. R. Selman

Menurutnya tahap-tahap kognisi dalam pengambilan peran tidak terbatas pada usia tertentu saja. Misalnya anak yang berusia 3 tahun belum bisa mengambil peran orang dewasa, tetapi orang dewasa bisa saja mengambil peran anak-anak.

TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISME

“Behaviorisme” atau psikologi “S-R” (stimulus-respon) adalah aliran yang khususnya tedapat di Amerika Serikat. Aliran ini ditemukan oleh John B.Watson( 1878-1958). Emosi gembira / sedih menurut kaum “behaviorist’’ adalah manifestasi dari adanya ketegangan otot” dan syaraf-syaraf tertentu. Karena menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsang( stimulus ) dan diikuti oleh suatu reaksi (respone) terhadap rangsang itu.

Kaum behaviorist  memandang kepribadian sebagai rangkaian kebiasaan (habit) yang tersusun dari sejumlah hubungan rangsang (stimulus) dan reaksi yang memperoleh penguatan.

Kaum behavioris dan para penganut teori psikologi belajar pada umumnya lebih mengutamakan unsur fisik dari organisasi kepribadian terebut. Teori ini didasari oleh pandangan I.P. Pavlov(Sarwono, 91) yang melalui percobaan dengan anjingnya membuktikan bahwa perilaku dapat dikendalikan dengan memberi rangsang-rangsang tertentu melalui proses yang dinamakan kondisioning (pembiasaan). Anjing yang sudah dikondisikan untuk mendengar bel terlebih dahulu sebelum mendapat makananya, akan keluar air liurnya begitu mendengar bel, walaupun makanan belum tiba. Dengan demikian, perilaku manusia pun dapat dikendalikan. Bahkan menurut Wattson kepribadian manusia dapat dibentuk melalui pemberian rangsang-rangsang tertentu. Menurut Bandura manusia tidak perlu mengalami atau pernah melakukan sesuatu terlebih dahulu sebelum ia mempelajari sesuatu, manusia dapat belajar hanya dari mengamati atau meniru perilaku orang lain. Menurut Bandura semua ini dimungkinkan oleh faktor kognisi dalam organisasi kepribadian manusia tersebut. Ada beberapa teori behavioristic:

-Mementingkan faktor lingkungan

-Menekankan pada faktor bagian

-Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.

-Sifatnya mekanis

-Mementingkan masa lalu

 

Prinsip dasar

kognitif dan behavioristik

    Prinsip dasar psikologi kognitif

  • Belajar aktif
  • Belajar lewat interaksi sosial
  • Belajar lewat pengalaman sendiri

Prinsip dasar teori behavioristik

  • Reinforcement and Punishment
  • Primary and Secondary Reinforcement
  • Schedules of Reinforcement
  • Contingency Management
  • Stimulus Control in Operant Learning
  • The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984)

Jadi dapat disimpulkan paradigma Psikologi kepribadian kognitif adalah bidang studi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: persepsi, proses belajar, kemampuan memori, bahasa dan emosi untuk memahami tingkah laku manusia. Dimana tingkah laku manusia itu didasarkan pada tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi yaitu mengenai proses-proses mental atau pikiran. Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Sedangkan Paradigma psikologi kepribadian behavioristic adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons seseorang  terhadap rangsangan secara konkret. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman, hukuman kadang-kadang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi tindakan yang tidak benar. Bila penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat. Dengan model hubungan stimulus-responnya, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris. Yaitu teori behaviorist menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar  dan bersifat mekanistis. Mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikakan oleh penguatan dari lingkungan. bahwa tingkah laku manusia itu tidak selalu konsisten, karena manusia berperilaku dengan cara-cara yang mengarah kepada reinforcement dalam situasi yang dihadapi.Dalam kata lain, faktor-faktor situasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tingkah laku.

Di indonesia teori yang paling dapat diterima untuk menerangkan perilaku sosial adalah teori kognitif. Karena teori ini cukup dapat diberlakukan, manusia indonesia tidak berbeda dari manusia lainnya. Setiap manusia harus memproses segala informasi yang diterimanya dan pendengaran melalui kesadaran (kognisi) sebelum dijadikan respon atau reaksi.

 

Contoh kasus dalam kehidupan nyata

1.TEORI KOGNITIF

Contohnya : saat saya sering mendengarkan lagu dan saya menyukai lirik dan nada lagu  itu,  maka dengan sendirinya saya pasti akan hafal dengan lirik sekaligus dengan nada lagu yang saya sukai tadi. Dan pada suatu hari  saya tidak sengaja mendengarkan lagu itu  kembali, pasti secara otomatis ingatan saya akn mengulang kembali  tentang lirik dan nada lagu tersebut.  Tentunya tanpa saya sadari saya pasti tidak terasa  ikut juga menyanyikan lagu tersebut.

2. TEORI BEHAVIORISTIK

Contohnya : saat saya masih sekolah di SD dahulu, guru saya memberikan sebuah bingkisan ( permen ) serta pujian  kepada saya karena bisa menjawab pertanyaan dan mempraktikan apa yang diperintahkan guru , tetapi ada teman saya yang diberi hukuman saat tidak mengerjakan tugas .

 

Referensi:

–      Sarwono, S. W.(2002).”Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial”.Jakarta:Balai pustaka.

–      Sarwono, S. W.(2010).”Pengantar psikologi umum”.Jakarta: Rajawali pers.

–      Rahmat jalaluddin.(2001).”psikologi komunikasi”.Bandung: PT Remaja rosdakarya.

–      Kerlinger, Fred. N.(2006).”Asas-asas penelitian behavioral”.Yogyakarta:Gajah Mada University Press

–      Drs.Sunaryo,M.Kes.(2004).” Psikologi Untuk Keperawatan”. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

–      http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/

–      http://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma